Mengumumkan Isbat Sebelum Pengumuman Isbat Dari Kementerian Agama

Salah satu kebiasaan salah satu pondok pesantren di daerah Banten adalah menetapkan (isbat) puasa dengan cara hisab, tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Namun karena sekarang zaman medsos, ada sebagian muhibbin (para pecinta) pondok tersebut yang memposting berita isbat tersebut melalui media sosialnya, yang mengakibatkan terjadinya pro dan kontra di kalangan masyarakat umum. Lalu bagaimanakah seharusnya bersikap mengenai isbat dengan hisab tersebut? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui bahwa benar bagi orang yang isbat menggunakan hisab wajib mengamalkan hisabnya, dan wajib juga bagi orang yang percaya padanya. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani:

وَيجب على كل من المنجم والحاسب أَن يعْمل بِحِسَابِهِ وَكَذَا من صدقهما

Wajib bagi ahli nujum dan ahli hisab untuk mengamalkan sesuai perhitungannya, begitu pula orang-orang yang percaya padanya. [Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi, Nihayah al-Zain, halaman 184]

Akan tetapi tidak untuk disebarkan atau diumumkan di khalayak umum. Sebab itu akan memicu perpecahan dikalangan masyarakat umum. Oleh karena itu KH. Maimun Zubair rahimahullah, dengan mengutip hasil musyawarah Nahdlatul ulama, dalam kitabnya menjelaskan tentang hukum mengumumkan awal Ramadhan dengan hisab kepada masyarakat umum:

[س] : ما حكم إعلان أول رمضان أو شوال على عموم المسلمين بالحساب للمحاسب أو من صدقه قبل إثبات الحاكم وقبل إعلان وزارة الدينية، هل هو جائز أم لا؟ [فرع بايوواعي] [ج]: إن إثبات أول رمضان أو شوال بالحساب لا يوجد من الأحاديث أو الآثار شيء وإن رسول الله ﷺ ومن بعده من الخلفاء الراشدين لا يثبتونه بالحساب وإن أول من أجاز الإثبات بالحساب هو مطرف شيخ الإمام البخاري. وأما إعلان الإثبات قبل إعلان وزارة الدينية الذي يؤدي إلى الاختلاف والتخاصم من بين مصدق ومكذب من المسلمين فقرر المؤتمر بعدم الجواز دفعا للمفاسد فينبغي بل يجب على الحكومة الوزارة الدينية منعه اهـ. وفي (فقه الإسلامي ج ٢ ص ٦٠٦ / ط: دار الفكر، ١٤٠٩هـ): ولا خلاف في أن للإمام الأمر بالصوم بما ثبت لديه لأن حكم الحاكم يرفع الخلاف. أهـ.

[Pertanyaan]: Apa hukumnya mengumumkan awal Ramadhan atau Syawal kepada seluruh umat Islam dengan catatan yang dibuat oleh akuntan atau kebenarannya sebelum penguasa menetapkannya dan sebelum Kementerian Agama mengumumkannya? Tidak ada satu pun hadits atau riwayat yang dapat membuktikan (istbat) permulaan Ramadhan atau Syawal dengan perhitungan (hisab). Dan Rasulullah ﷺ serta para Khulafaur Rosyidin setelahnya tidak ada yang menetapkannya dengan perhitungan (hisab). Dan orang pertama yang membolehkan penetapan dengan perhitungan (hisab) adalah Mutharrif, guru Imam al-Bukhari. Adapun mengenai mengumumkan isbat sebelum pengumuman dari Kementerian Agama yang menimbulkan perselisihan dan pertikaian antara yang membenarkan (pihak yang pro) dan mendustakan (pihak yang kontra) di kalangan umat Islam, maka dalam musyawarah mufakat diputuskan tidak boleh dalam rangka mencegah mafasid (kerusakan), bahkan wajib bagi pemerintah, Kementerian Agama, untuk melarangnya. Selesai. Dan dalam (kitab Fiqh Al-Islami, vol. 2, hal. 606/Cet: Dar Al-Fikr, 1409 H): Tidak ada perselisihan bahwa Imam berhak memerintahkan puasa menurut apa yang ditetapkan (isbat) menurutnya, karena keputusan penguasa menghilangkan perselisihan. Selesai. [Syekh Maimun Zubair Dahlan Al-Hajj, kitab Nushush Al-Akhyar, hal.10-11]

Kesimpulannya, tidak diperbolehkan mengumumkan isbat awal Ramadhan menggunakan hisab kepada masyarakat umum sebelum adanya pengumuman isbat dari Kementerian Agama. Dan alangkah baiknya bagi yang percaya dengan hisab itu tidak menyebarkan atau mengumumkannya di khalayak umum.

Oleh: Riyadul Jinan al-Bantani 

Postingan populer dari blog ini

CARA MENGENDALIKAN NAFSU

Perumpamaan Bulan Ramadhan Dengan Bulan Lainnya

Berdzikir Tetapi Tidak Tahu Maknanya