CARA BERDZIKIR MENURUT IMAM AN-NAWAWI

الذكر يكون بالقلب، ويكون باللسان، والأفضلُ منه ما كانَ بالقلب واللسان جميعاً، فإن اقتصرَ على أحدهما، فالقلبُ أفضل. ثم لا ينبغي أن يُتركَ الذكرُ باللسان مع القلب خوفاً من أن يُظنَّ به الرياءُ، بل يذكرُ بهما جميعاً، ويقصدُ به وجهُ الله تعالى، وقد قدمنا عن الفضيل بن عِياض -رحمه الله- أن ترك العمل لأجل الناس رياءٌ؛ ولو فتح الإنسانُ عليه بابَ ملاحظة الناس، والاحتراز من تطرُّق ظنونهم الباطلة لانْسدَّ عليه أكثرُ أبواب الخير، وضيَّع على نفسه شيئاً عظيماً من مهمَّات الدين، وليس هذا طريقة العارفين.

Dzikir itu dengan hati dan dengan lisan, dan yang lebih utama adalah dengan hati dan lisan sekaligus, dan jika terbatas pada salah satunya, maka yang lebih utama adalah dengan hati. Maka janganlah seseorang mengabaikan dzikir dengan lisan dan hati karena takut dianggap riya', melainkan hendaknya berdzikir dengan kedua-duanya dengan niat mengharapkan ridho Allah ta'ala. Telah kami sampaikan riwayat dari Fudhail bin 'Iyad – rahimahullah – bahwa meninggalkan beramal karena (takut disangka riya' oleh) manusia adalah riya' (yang sebenarnya). Seandainya seseorang membukakan pintu untuk mengamati orang lain dan menjaga agar terhindar dari prasangka-prasangka mereka, niscaya banyak pintu kebaikan yang akan tertutup baginya, dan dia akan kehilangan sebagian besar kewajiban agamanya, padahal hal ini bukanlah thoriqoh para 'Arifin (ahli ma'rifat). [Imam An-Nawawi, kitab Al-Adzkar, Cet: Ibnu Hazm, halaman 39]

Oleh: Riyadul Jinan al-Bantani 

Postingan populer dari blog ini

CARA MENGENDALIKAN NAFSU

Perumpamaan Bulan Ramadhan Dengan Bulan Lainnya

Berdzikir Tetapi Tidak Tahu Maknanya